Rabu, 05 Januari 2011

IMUNISASI

A.    Pengertian
1.      Konsep Dasar Imunisasi
a.       Defenisi
Imunisasi berasal dari kata imun, kekebalan atau risistan. Anak di imunisasi, berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resistan terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain (Notoadmojo, 1997 :37). Kata imun berasal dari bahasa latin (imunitas) yang berarti pembebasan (kekebalan) yang diberikan kepada para senator romawi selama masa jabatan mereka terhadap kewajiban sebagai warganegara biasa dan terhadap dakwaan. Dalam sejarah, istilah ini kemudian berkembang sehingga pengertian nya berubah ,menjadi perlindungan terhadap penyakit, dan lebih spesifik lagi, tehadap penyakit menular (Theophilus,2000 ; Mehl dan Madrona, 2001).
Sistem imun adalah suatu sistem dalam tubuh yang terdiri dari sel-sel serta produk zat-zat yang dihasilkannnya, yang bekerja sama secara kolektif dan terkoordinir untuk melawan benda asingseperti kuman-kuman penyakit atau racunnya, yang masuk kedalam tubuh, maka sebagai reaksinya tubuh akan membuat zat anti yang disebut antibodi. Pada umumnya, reaksi pertama tubuh untuk membentuk antibodi tidak terlalu kuat, karena tubuh belum mempunyai “pengalaman”. Pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan seterusnya, tubuh sudah mempunyai memori untuk mengenali antigen tersebut sehingga pembentukan antibodi terjadi dalam bentuk yang singkat dan dalam jumlah yang lebih banyak. Itulah sebabnya, pada beberapa jenis penyakit yang dianggap berbahaya, perlu dilakukan tindakan imunisasi atau vaksinasi. Hal ini dimaksudkan sebagai tindakan pencegahan agar tubuh tidak terjangkit penyakit tersebut, atau seandainya terkena pun, tidak akan menimbulkan akibat yang fatal (Gordon, 2001).
Di indonesia imunisasi mempunyai pengertian sebagai tindakan untuk memberikan perlindungan (kekebalan) didalam tubuh bayi dan anak, agar terlindung dan terhindar dari penyakit-penyakit menular dan berbahaya bagi bayi dan anak (RSUD DR. Saiful Anwar, 2002).

B.     Tujuan
a.       Tujuan
Program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi. Pada saat ini penyakit-penyakit tersebut adalah disentri, tetanus, batuk rejan (pertusis), polio dan tubercolus.
Tujuan dari pemberian imunisasi untuk mencegah terjadinya infeksi tertentu, apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegahgejala yang dapat menimbulkan cacat dan kematian (Dick. George, 1992 : 26)
b.      Rekomendasi Imunisasi
Ø  Bayi di bawah 1 tahun ( 0-11 bulan )
Ø  Ibu hamil ( awal kehamilan – 8 bulan )
Ø  Wanita usia subur ( calon mempelai wanita )
Ø  Anak sekolah dasar kelas 1 dan VI
c.       Pokok-pokok kegiatan
1.      Pencegah terhadap bayi
Ø  Imunisasi BCG 1
Ø  Imunisasi DPT 3x
Ø  Imunisasi polio 3x
Ø  Imunisasi campak
2.      Pencegahan terhadap anak sekolah dasar
Ø  Imunisasi DT
Ø  Imunisasi TT
3.      Pencegahan lengkap terhadap ibu hamil dan PUS/ calon mempelai wanita
Ø  Imunisasi TT2.

C.    Macam-Macam Imunisasi
a.       Kekebalan tidak sfesifik  (non spesifik )
Yang di maksud dengan factor-faktor non spesifik adalah pertahanan tubuh pada manusia secara alamiah dapat melindungi badan terhadap suatu penyakit, misalnya kulit, air mata. Cairan-cairan khusus yang keluar dari perut (usus), adanya reflek-reflek tertentu misalnya batuk dan bersin dan sebagainya.
b.      Kekebalan spesifik
Kekebalan spesifik dapat di peroleh dari dua sumber yakni :
1.      Genetic
Kekebalan yang berdasar dari kekebalan genetic ini biasa nya berhungan dengan ras ( warna kulit dan kelompok-kelompok etnis, misalnya orang kulit hitam (negro) cenderung lebih resisten terhadap penyakit malaria jenis vivak.  Contoh lain orang yang mempunyai homogeny S lebih resisten terhadap penyakit plasmodium falciparum, dari pada orang yang mempunyai hemoglobin AA.

2.      Kekebalan yang di peroleh ( acquainted immunity)
Kekebalan ini di peroleh dari luar tubuh anak atau orang yang bersangkutan . kekebalan dapat bersifat aktif dan dapat bersifat aktif.  Kekebalan aktif dapat di peroleh setelah orang sembuh dari  penyakit tertentu. Misalnya anak yang telah sembuh dari penyakit campak ia akan kebal terhadap penyakit campak. Kekebalan akttif juga dapat di peroleh dari imunisasi, yang berarti keddalam tubuh nya di masukkan organism pathogen (bibit) penyakit. Kekebalan fasif di peroleh dari ibu nya melalui plasenta ibu yang telah memperoleh kekebalan terhadap penyakit tertentu. Missalnya campak, malaria dan tetanus, maka anak nya akan mendapatkan kekebalan terhadap penyakitt tersebut untuk beberapa bulan pertama. Kekebalan pesif juga melalui  serum anti body dari manusia atau binatang. Kekebalan pasif ini hanya berrsifat sementara.
D.    Jenis-Jenis Imunisasi
Pada dasarnya ada 2 jenis imunisasi yaitu :
1.      Imunisasi pasif  (passive immunization)
Imunisasi pasif ini adalah “ immunoglobulin”  jenis imunisasi ini dapat mencegah penyakit campak (measles pada anak-anak). 
2.       Imunisasi aktiif (active immunization)
Imunisasi ini di berikan pada anak adalah : BCG, untuk mencegah penyakit TBC. DPT, untuk mencegah penyakit-penyakit diptheri, pertusis dan tetanus. POLIO, untuk mencegah penyakit poliomilitis.
A.    Imunisasi dasar
a.       Jenis imunisasi dasar wajib
Bedasarkan program pengembangan ikatan dokter anak Indonesia ( IDAI ). Program pengembangan imunisasi (PPI) yang di wajibkan dan program imunisasi non PPI yang di anjurkan. Wajib jaka kejadian penyakitnya  cukup tinggi dan menimbulkan cacat atau kematian.  Sedangkan imunisasi yang di anjurkan untuk penyakit-penyakit khusus yang biasanya tidak seberat kelompok pertama jenis imunisasi wajib terdiri dari :
1.      BCG ( bacilli calmatte geurin )
Imunisasi BCG berguna untuk mencegah penyakit tuberculosis berat. Misalnya, TB paru berat. Imunisasi ini sebaiknya di berikan sebelum bayi berusia 2-3 bulan, dosis untuk bayi kurang setahun adalah 0.05 ml dan anak 0,10 ml di suntikan secara intra dermal dibawah lengan kanan atas. BCG tidak menyebabkan demam. Tidak di anjurkan BCG ulangan. Suntikan BCG akan meninggal kan jaringan parut pada bekas suntikan. BCG tidak dapat diberikan pada pasien yang mengidap leukemia, dalam pengobatan steroid jangka panjang, atau pengidap HIV. Apabila BCG diberikan pada usia lebih dari 3 bulan, sebaiknya di lakukan uji tuberculin terlebih dahulu.
a)      Jumlah pemberian Imunisasi BCG
Cukup 1 kali saja, tak perlu diulang (booster). Sebab vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, sehingga memerlukan pengulangan.
b)      Usia Pemberian Imunisasi BCG
Dibawah usia 2 bulan. Jika baru diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan tes Mantoux (tuberkulin) dahulu untuk mengetahui apakah si bayi sudah kemasukan kuman Mycrobacterium tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tesnya negatif. Jika ada penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang ke rumah, segera setelah lahir si kecil diimunisasikan BCG
c)      Lokasi Penyuntikan
Lengan kanan atas, sesuai anjuran WHO. Meski ada juga petugas medis yang melakukan penyuntikan di paha.

2.      Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir. Pemberian imunisasi  hepatitis B pada bayi baru lahir harus berdasarkan apakah ibu mengandung virus hepatitis B aktif atau tidak pada saat melahirkan. Ulangan pada imunisasi pada hepatitis B dapat di pertimbangkan pada umur 10-12 Tahun. Apabila sampai usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi hepatitis B  maka di berikan secepat nya. Penyakit ini dapat di temukan diseluruh dunia yang di sebabkan oleh virus hepatitis B. penyakit ini sangat menular  yang di sebabkan virus yang menimbulkan  peradangan pada hati. Pada bayi respon imun alami  tidak dapat membersihkan virus dalam tubuh. Kurang lebih 90% bayi dan 5% orng dawasa akan terus membawa virus ini dalam tubuhnya setelah masa akut penyakit ini berakhir.
Seorang wanita hamil membawa penyakit hepatitis B atau menderita penyakit itu selama kehamilanya,  maka ia dapat menularkan penyakit itu pada anak nya.  Paling tidak 3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan resiko trasmisi meternal kurang lebih sebesar 45%. Karena itu vaksinasi hepatitis B merupakan cara terbaik untuk memastikan bayi  terlindung dari hepatitis B. jika tidak di lakukan, hati akan mengeras dan menimbul kan kangker hati di kemudian hari.
3.      DPT ( Difteri, pertusis , Tetanus )
Imunisasi DPT untuk mencegah dari  3 penyakit, yaitu defter, partusis, tetanus. Difteri di sebabkan oleh bakteri corynebacteriumdiphteriae  yang sangat menular. Dimulai dengan gangguan tenggorokkan dan dengan cepat di timbulkan dengan gangguan pernafasan dengan terlambatnya saluran pernafasan oleh karena terjadi selaput di tenggorokkan  dan menyumbat jalan napas, sehingga dapat menyebabkan kematian. Selain itu juga menimbulkan toksin atau racun yang berbahaya untuk jantung. Batuk rajen yang juga di kenal pertusis atau batuk 100 hari di sebabkan bakteri bordetella pertussis. Penyakit ini membuat penderita mengalami batuk keras secara terus menerus dan bias berakibat gangguan pernapasan dan saraf.  “bila dibiarkan berlarut-larut, pertussis bias menyebabkan infeksi di paru-paru”. Selain itu karena si penderita mengalami  batuk keras secara terus menerus, membuata ada tekanan pada pembuluh darah sehingga dapat mengakibatkan kerusakkan otak.
Tetanus merupakan penyakit infeksi mendadak yang di sebabkan oleh toksin  dari clostridium tetani,  bakteri yang terdapat di tanah  atau kotoran binatang dan manusia. Kuman-kuman itu masuk kedalam tubuh melalui luka goresan atau luka bakar jyang telah terkontaminasi oleh tanah, atau dari gigi yang telah busuk atau dari cairan congek. Luka kecil yang terjadi pada anak-anak pada saat bermain dapat terinfeksi kuman ini. Apabiala tidak dirawat penyakit ini dapat mengakibatkan  kejang dan kematian. Manusia tidak mempunyai kekebalan alami terhadap tetanus sehingga perlindungan nya harus di peroleh lewat imunisasi.
a.     BCG untuk mencegah penyakit TBC
b.    DPT, untuk mencegah penyaki-penyakit dipheri, partusis dan tetanus.
c.     Polio, untuk mencegah penyakit poliomilitis
d.    Campak, untuk mancegah penyakit campak ( measles)
Imunisasi pada ibu hamil dan calon pengantin adalah imunisasi tetanus toxid. Imunisasi ini untuk mencegah terjadinya tetanus pada bayi yang di lahirkan.

E.     Indikasi, Kontraindikasi, efek samping
BCG
Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit Tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan. Vaksin disuntikkan secara intrakutan pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL. Vaksin ini mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-1.000.000 partikel/dosis.
Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV).
Reaksi yang mungkin terjadi:
1.      Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan jaringan parut.
2.      Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan.
Komplikasi yang mungkin timbul adalah:
·         Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat.
·         Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.
Imunisasi HBV
Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap Hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Dosis pertama diberikan segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif, bisa diberikan pada saat bayi berumur 2 bulan. Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HBV II dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha.
Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (Hepatitis B immune globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan. Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi berumur lebih dari 1 minggu).
Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih. Vaksin HBV dapat diberikan kepada ibu hamil. Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan hilang dalam beberapa hari.
Imunisasi DPT
Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal.
Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang dan kerusakan otak.
Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada rahang serta kejang. Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak yang berumur kurang dari 7 tahun. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan, yang disuntikkan pada otot lengan atau paha.
Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali, yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III); selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT.
Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster vaksin Td pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster). Hampir 85% anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin difteri, akan memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun.
DPT sering menyebakan efek samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam vaksin.
Pada kurang dari 1% penyuntikan, DTP menyebabkan komplikasi berikut:
a.       Demam tinggi (lebih dari 40,5o Celsius).
b.      Kejang
c.       Kejang demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)
d.      Syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).
Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi DPT bisa ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak atau perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya membaik atau kejangnya bisa dikendalikan.
1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT, mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai yang bersangkutan.
Imunisasi DT
Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus. Vaksin DT dibuat untuk keperluan khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak perlu menerima imunisasi pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus. Cara pemberian imunisasi dasar dan ulangan sama dengan imunisasi DPT. Vaksin disuntikkan pada otot lengan atau paha sebanyak 0,5 mL.
Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak yang sedang sakit berat atau menderita demam tinggi. Efek samping yang mungkin terjadi adalah demam ringan dan pembengkakan lokal di tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung selama 1-2 hari.
Imunisasi campak
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek). Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih. Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan kemudian. Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL.
Kontra indikasi pemberian vaksin campak:
- infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38o Celsius
- gangguan sistem kekebalan
- pemakaian obat imunosupresan
- alergi terhadap protein telur
- hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin
- wanita hamil.
Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang).
Imunisasi Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis. Polio bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian.
Terdapat 2 macam vaksin polio:
·         IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang telah dimatikan dan diberikan melalui suntikan
·         OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin), mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau cairan. Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen (MOPV) efektif melawan 1 jenis polio.
Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II, III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan 1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan menggunakan sendok yang berisi air gula.
Kontra indikasi pemberian vaksin polio:
- Diare berat,
- Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid), dan
- Kehamilan.
Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang. Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer, sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibodi sampai pada tingkat yang tertingiu. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar, kepada orang dewasa tidak perlu dilakukan pemberian booster secara rutin, kecuali jika dia hendak bepergian ke daerah dimana polio masih banyak ditemukan.
Kepada orang dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan perlu menjalani imunisasi, sebaiknya hanya diberikan IPV. Kepada orang yang pernah mengalami reaksi alergi hebat (anafilaktik) setelah pemberian IPV, streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh diberikan IPV. Sebaiknya diberikan OPV. Kepada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita AIDS, infeksi HIV, leukemia, kanker, limfoma), dianjurkan untuk diberikan IPV. IPV juga diberikan kepada orang yang sedang menjalani terapi penyinaran, terapi kanker, kortikosteroid atau obat imunosupresan lainnya.
IPV bisa diberikan kepada anak yang menderita diare. Jika anak sedang menderita penyakit ringan atau berat, sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda sampai mereka benar-benar pulih. IPV bisa menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung hanya selama beberapa hari.



F.     Jadwal dan Cara pemberian
Vaksin
Pemberian Imunisasi
Selang Waktu
Umur
BCG
1 x

0 – 11 bulan
DPT
3 x (1, 2, 3)
4 mgg
2 – 11 bulan
Polio
4x (1, 2, 3, 4)
4 mgg
0 – 11 bulan
Campak
1 x

9 – 11 bulan
Hep. B
3 x (1, 2, 3)
4 mgg
0 – 11 bulan


NO
JENIS VAKSIN
JUMLAH VAKSINASI
SELANG WAKTU PEMBERIAN
SASARAN
1.
BCG
1 kali
-
Bayi 0-11 bulan
2.
DPT
3 kali ( DPT 1,2,3 )
4 minggu
Bayi 2-11 bulan
3.
POLIO
3 kali ( POL 1,2,3 )
4 minggu
Bayi 2-11 bulan
4.
CAMPAK
1 kali
-
Anak 9-11 bulan
5.
TT. ibu hamil
- 1 kali (booster)

- 2 kali



-


4 minggu
- Bila ibu hamil pernah menerima TT  2 x pada waktu calon pengantin atau pada kehamilan sebelumnya.
- Bila ibu hamil belum pernah di vaksinasi TT, di berikan 2 x selama kehamilan. Bila pada waktu kontak berikutnya (saat pemberian TT2 tetap di berikan dengan maksud untuk memberikan perlindungan pada kehamilan berikutnya.


6.
 D T
2 kali
4 minggu
Anak kelas 1 SD wanita
7.
TT
2 kali
4 minggu
Anak kelas VI SD wanita
8.
TT calon

Pengantin wanita
2 kali

(TT 1,2)
4 minggu


Calon pengantin sebelum akad nikah (waktu melapor / waktu menerima nasehat perkawinan)

Petunjuk pemberian vaksin dhipteria dan tetanus pada anak sekolah dasar .
1. Anak kelas 1 SD
a.   Yang pernah mendapat vaksinasi DPT sewaktu bayidi beri DT 1 x suntikan dengan dosis 0,5 cc IM/SC dalam
b.   Yang belum pernah mendapat vaksinasi DPT sewaktu bayi di berikan vaksinasi DT sebanyak 2x suntikan @ 0,5 cc dengan interval minimal 4 minggu.
c.   Apabila meragukan apakah waktu bayi DPT atau tidak, maka diberi 2 kali suntikan   seperti pada butir b.
2.  Anak kelas VI SD
a).  Yang pernah mendapatkan vaksinasi DPT / DT, diberikan vaksinasi TT 1x suntikan @ 0,5 cc IM / SC dalam.
b).  Yang belum pernah mendapatka vaksinasi DPT / DT, di berikan vaksinasi DT   sebanyak suntikan @ 0,5 cc dengan interval minimum 3 minggu.
c).  Apabila meragukan apakah anak sudah memperoleh Vaksinasi DPT / DT atau tidak, maka di beri 2 x seperti pada butir b.
JADWAL IMUNISASI 2010
REKOMENDASI IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA (IDAI) PERIODE 2010
http://www.ayahbunda.co.id/themes/default/images/logo_imun.jpg


JENIS
VAKSIN
UMUR PEMBERIAN VAKSINASI
BULAN
TAHUN
L H R
1
2
3
4
5
6
9
12
15
18
2
3
5
6
10
12
PROGRAM PENGEMBANGAN IMUNISASI (PPI diwajibkan)
BCG















HEPATITIS B
1
2
3
POLIO
0

1

2

3



4


5



DTP
1
2
3
4
5
6
CAMPAK
1
2
PROGRAM IMUNISASI NON-PPI (dianjurkan)
Hib
1
2
3
4
PNEUMOKOKUS (PCV)
1
2
3
4
INFLUENZA






DIBERIKAN SETAHUN SEKALI
MMR









1




2


TIFOID











ULANGAN TIAP 3 TAHUN
HEPATITIS A











2x INTERVAL 6 - 12 BULAN
VARISELA














HPV

















Keterangan Jadwal Imunisasi Periode 2010

Vaksin
Keterangan
BCG
Diberikan sejak lahir. Apabila umur > 3 bulan harus dilakukan uji tuberkulin terlebih dulu, BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.
Hepatitis B
HB diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 3-6 bulan.
Interval dosis minimal 4 minggu.
Polio
Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS OPV diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada bayi lain).
DTP
Diberikan pada umur ³ 6 minggu, DTwP atau DTaP atau secara kombinasi dengan Hep B program BIAS SD kelas VI. atau Hib. Ulangan DTP umur
Campak
Campak-1 umur 9 bulan,campak-2 diberikan pada program BIAS pada SD kl 1, umur 6 tahun.

Vaksin
Keterangan
Hib
Diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan. Diberikan terpisah atau kombinasi.
Pneumokokus ( PCV )
Pada anak yang belum mendapat PCV pada umur > 1 tahun PCV diberikan dua kali dengan interval 2 bulan. Pada umur 2 - 5 tahun PCV diberikan satu kali.
Influenza
Umur < 8 tahun yang mendapat vaksin influenza trivalen (TIV) pertama kalinya harus mendapat 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu.
MMR
MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan, apabila belum mendapat campak 9 bulan.
Umur 6 tahun diberikan untuk ulangan MMR maupun catch-up immunization.
Tifoid
Tifoid polisakarida injeksi diberikan pada umur ³ 2 tahun, diulang setiap 3 tahun.
Hepatitis A
Hepatitis A diberikan pada umur > 2 tahun, dua kali dengan interval 6-12 bulan.
HPV
Vaksin HPV diberikan pada umur >10 tahun dengan jadwal 0, (1-2) dan 6 bulan







Tidak ada komentar:

Posting Komentar